Senin, 04 Desember 2017

Hidup Adalah Sebuah Perjalanan di Atas Kereta

Stasiun Cipendeuy 08.00 WIB

“Bahwa terkadang hidup hanyalah sebuah perjalanan di atas kereta. Kita bertemu dengan orang yang tak dikenal, berbincang, dan sesekali tertawa bersamanya, lalu kita turun di stasiun masing-masing dan berpisah. Tetapi, cerita tidak pernah selesai sampai di situ. Karena akan ada selalu ada kereta lain yang akan mengantar kita menuju perjalanan selanjutnya. Kita tidak pernah benar-benar berpisah. Kita hanya sedang memilih kereta yang berbeda, yang akan mempertemukan kita dengan orang yang berbeda.”
(Sepasang Kaos Kaki Hitam, Ariadi Ginting)



 Ya, kurang lebih 9 jam 30 menit perjalanan kutempuh dari Bandung menuju Solo. Aku berusaha sekali menekan biaya dalam perjalanan kali ini. Mengingat, aku akan mengunjungi beberapa tempat lagi. Oleh sebab itu, kuputuskan untuk menggunakan kereta api kelas ekonomi saja.

Pukul 3 pagi aku berkemas, check out dari penginapan, lalu meninggalkan kota Bandung dengan semua kenangan yang pernah kumiliki. 

Ini kali kedua aku menginjakkan kaki di bumi Pasundan. Ya, mau tak mau perjalanan kali ini menguak kembali cerita yang dulu pernah ada. Lembaran-lembaran kisah yang telah kusimpan rapi (sebetulnya), sekarang kembali terbuka. Ya sudahlah. Nikmati saja.  Toh, hidup adalah sebuah perjalanan di atas kereta.
Sebelum azan subuh berkumandang, aku sudah tiba di stasiun Kiara Condong. Aku duduk di ruang tunggu. Tak lama kemudian, kereta datang. Aku langsung check in lalu menuju gerbong 5. Seorang wanita cantik menyambutku dengan senyuman terbaik. Pukul 05.30 Kereta Api Pasundan melengking, bergerak meninggalkan kota Bandung yang dingin. Aku menjadi sedikit melankolis.
Stasiun Purwosari 16.00 WIB
Pukul  4 sore aku tiba di stasiun Purwosari, Solo.

Setelah seharian berada di kereta, lelah juga rasanya. Mungkin lebih dari 20 stasiun telah kulewati. Kereta pun berhenti di setiap stasiun untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Orang-orang yang duduk di dekatku silih-berganti. Kami bertegur sapa atau sekedar melempar senyum sebagai simbol “Hello”. Bahkan aku terlibat obrolan intim dengan beberapa orang. Obrolan yang kami mulai dengan pertanyaan “Mau kemana?” Semakin lama obrolan kami semakin hangat. Tak terasa memang. Hingga kami disadarkan oleh suara perempuan yang menggema di setiap sudut kereta. Ia mengingatkan kepada penumpang bahwa stasiun pemberhentian telah dekat. Kami akan berpisah. Ya, kami berpisah. Cerita usai di situ. 

Tak berapa lama kemudian, seseorang duduk di dekatku. Ya, seseorang yang baru. Cerita pun kembali dimulai. 

Nah, kamu pasti pernah kan berpisah dengan sahabat, teman, atau keluarga. Baik itu sifatnya hanya sebentar atau pun lama. Misalnya, sahabat kamu pindah sekolah, teman kamu pindah kerja, saudara kamu pindah rumah, atau bahkan kamu-nya sendiri yang pergi melanjutkan studi di luar kota/negeri. Dalam masa-masa ini, pastinya kamu bertemu orang-orang baru. Menjadi bagian dari kisah hidup mereka. Menjadi bagian dari cerita mereka. Bahkan, menangis dan tertawa bersama. Lalu kembali berpisah. Ya, hidup adalah sebuah perjalanan di atas kereta.


6 komentar:

  1. Belanja batik di pasar klewer juga ndak jun? Solo sekarang padat juga ya

    BalasHapus
  2. Mbak ke solo ke mana aja nih? Share dong

    BalasHapus
  3. Aku selalu suka momen pas di kereta menuju lokasi tujuan. Yuk jalan-jalan lagi mbak.

    BalasHapus
  4. belom pernah naik keretaaa,, hihihihhh pengen

    BalasHapus
  5. kapan kapan mau jalan ama keluarga

    BalasHapus
  6. Saya pernah terpisah dari sahabat, terpisah selamanya karena maut menjemput dia lebih dulu, Duh padahal akrab banget :(

    BalasHapus

Terima Kasih Sudah Meninggalkan Komentar. Mohon tidak meninggalkan link hidup 😊