Senin, 19 Juni 2017



       Soe Hok Gie—Gie, dalam buku Catatan Seorang Demostran menuliskan, “Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus pula berarti pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” Begitulah kira-kira sepenggal  kutipan yang berhasil saya ingat dengan baik. Saya kira, makna “gunung” dalam kutipan tersebut tidak hanya bermakna gunung secara harfiah, tetapi semua kegiatan yang berhubungan dengan alam bebas termasuk juga ke dalam makna “gunung” tersebut.
      Setiap quote tersebut terlintas dalam pikiran, entahlah, secara alami idealisme muncul dalam diri ini. Berhubung masih awal tahun, semangat masih membara. Tak ada salah melangkahkan kaki ke alam untuk sedikit mengencangkan otot-otot kaki karena kata orang “mensana incopore sano,”. Ya di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Wisata alam Batu Betiang adalah pilihan yang tepat untuk mewujudkan mensana incopore sano.
        Saya ingat betul hari itu, Jumat malam saya sengaja tidur lebih awal supaya bisa bangun pagi. Namun ekspetasi rupanya berbanding terbalik dengan realita. Rintik hujan awal tahun membuat tidur saya begitu lelap. Yuhu, kesiangan! Packing pun belum. Wahh.... gawat!!! Lalu dengan kekuatan seribu bayangan saya pun mempersiapkan segala kebutuhan untuk berjumpa dengan sang raksasa, Batu Betiang.
       Jam 6 tepat kami dijadwalkan berkumpul di titik pertemuan. Hujan masih mengguyur hingga pagi, perlahan namun tampaknya sulit berhenti. Cuaca dingin begitu menusuk tulang. Tanpa menghiraukan cuaca, rombongan kami tetap melakukan perjalanan, menembus jalanan kota yang masih lengang.
       Batu Betiang adalah objek wisata yang terletak di kota Curup, kabupaten Rejang Lebong, provinsi Bengkulu. Objek wisata ini terletak di desa Merasi, kecamatan Bermani Ulu Raya. Untuk tiba di tempat ini kita membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam untuk tiba di kota Curup menggunakan mobil travel dengan ongkos sekitar Rp50.000,00. Dari kota Curup kita membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk tiba di desa Bermani Ulu Raya. Jika menggunakan motor, waktu yang digunakan dapat lebih cepat dan menghabiskan kurang lebih 3-4 liter bensin.           
      Desa Merasi adalah desa paling ujung yang berbatasan langsung dengan track untuk menuju objek wisata Batu Betiang. Dari desa Merasi kita akan menempuh perjalan kurang lebih selama tiga jam untuk tiba di objek wisata.           
       Track yang akan kita lalui masih tanah, sehingga apabila sedang musim hujan kita harus berhati-hati karena track akan menjadi begitu licin. Track yang dilalui pun terkadang menanjak, terkadang menurun, dan juga berlubang, sehingga menggunakan sepatu atau sendal gunung adalah pilihan yang tepat saat tracking.
      Jalur tracking menuju Batu Betiang begitu menyenangkan. Selama perjalanan indera penglihatan kita akan dimanjakan oleh hamparan sawah yang begitu indah. Setelah itu, mata kita akan kembali dimanjakan oleh pemandangan perkebunan kopi yang begitu hijau. Jika indera pendengaran kita sudah dimanjakan oleh suara air, artinya tak lama lagi, atau kurang lebih 40 menit lagi kita akan tiba di objek wisata Batu Betiang.
      Objek wisata Batu Betiang adalah air terjun nan cantik yang dikelilingi oleh hamparan batu-batu raksasa berbentuk persegi panjang berwarna hitam yang menjulang ke atas. Konon, batu-batu raksasa ini adalah peninggalan zaman megalitikum. Ukuran batu-batu yang mengelilingi air terjun berbeda-beda sehingga kita dapat menaiki batu-batu tersebut untuk dapat menyentuh air terjun paling atas. Namun, kita harus berhati-hati karena sebagian bebatuan licin. Jika tidak berhati-hati, kita akan tergelincir ke dalam genangan air terjun. Di dalam genangan air tersebut terdapat batu-batu besar yang membahayakan apabila kita terjatuh dan membenturnya. Bebatuan besar ini  juga dapat  kita gunakan untuk menyeberang dari sisi kiri menuju sisi kanan air terjun.
      Hal terbaik yang dapat dilakukan di Batu Betiang adalah berdiri di bawah air terjun. Pejamkan mata, lalu rasakan butiran-butiran air menerpa wajah kita. Sebuah sensasi yang tak akan kita dapatkan dalam riuhnya kota.
        Kurang lebih meghabiskan waktu sekitar 6 jam pulang-pergi dari desa Merasi ke lokasi air terjun. Dan kurang lebih menghabiskan waktu 8 jam pulang pergi dari kota Bengkulu ke kecamatan Bermani Ulu Raya (Curup). Jika dikalkulasikan kita membutuhkan waktu kurang lebih 14 jam untuk mengunjungi Batu Betiang. Jadi, sebelum melakukan perjalanan ada baiknya siapkan time management dengan baik. Selain itu, lakukan juga persiapan fisik. Jangan lupa membawa obat-obatan dan perbekalan yang cukup agar perjalanan anda aman dan nyaman. Akan lebih baik lagi jika membawa matras, mengingat jalur tracking yang cukup panjang, mungkin saja anda akan merasa lelah. Jika sudah lelah, sebaiknya beristirahat. Jika sudah merasa cukup fresh lanjutkanlah perjalanan. Saya pernah mendengar bahwa sejatinya tujuan perjalanan itu adalah pulang dengan selamat. Ya, jika dalam perjalanan pulang anda sudah kelelahan bolehlah singgah ke rumah warga desa Merasi. Waga desa Merasi begitu ramah dan hangat. Sebuah potret Indonesia-ku tercinta.
           
Catatan: Apabila data dalam tulisan saya kurang lengkap atau ada kekeliruan, mohon dimaafkan, karena tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi bermodalkan indera penglihatan dan pendengaran. Mohon maaf gambar yang saya tampilkan kurang begitu jelas karena saat saya datang cuaca hujan sehingga kesulitan untuk mengambil gambar yang lebih bagus.