Kamis, 25 Januari 2018


Berbicara soal wisata alam, Bengkulu memang sudah tidak diragukan lagi keindahannya. Jika kita mau meluangkan waktu dan sedikit mengencangkan otot kaki, maka kita dapat menemukan  keindahan-keindahan alam yang ada di provinsi kecil yang terletak di pulau Sumatra ini. 

Provinsi Bengkulu secara administratif terdiri dari 9 kabupaten dan 1 kota. Sembilan kabupaten dan satu kota tersebut yaitu kabupaten Bengkulu Selatan, kabupaten Bengkulu Tengah, kabupaten Bengkulu Utara, kabupaten Kaur, kabupaten Kepahiang, kabupaten Rejang Lebong, kabaten Lebong, kabupaten Seluma, dan kota Bengkulu sendiri. 

Baiklah, dalam kesempatan kali ini saya tidak akan membahas kesembian kabuten tersebut. Saya akan membahas salah satu destinasi wisata yang terdapat di salah satu kabupatennya, yaitu kabupaten Bengkulu Tengah. Ya, saat berkunjung ke kabupaten ini saya menyempatkan diri berwisata ke danau Susup. 
danau Susup yang begitu hijau
Sesuai dengan namanya, danau Susup memang terletak di desa Susup, kecamatan Merigi Kelindang, kabupaten Bengkulu Tengah. Mayoritas penduduk di desa ini berasal dari suku Rejang. Ya, selama dua hari satu malam saya menginap di sini, saya lebih banyak diam saat bergabung dengan warga. Soalnya coa ku teu, saya tidak pandai berbahasa Rejang... hehehe

Danau Susup terletak cukup jauh dari perkampungan. Mengajak orang yang memahami daerah ini adalah pilihan terbaik saat berkunjung ke danau Susup. Kebetulan,  saat saya datang ke sini, saya memang memiliki rencana untuk menginap di rumah teman yang memang merupakan warga asli desa Jambu. Desa Jambu dan desa Susup letaknya tak berjauhan. Jadi, kemana pun pergi saya selalu bersama warga lokal. 

Pagi itu, sekitar pukul 10.00 kami memacu motor menuju danau Susup. Letak danau Susup ini cukup jauh dari pedesaan. Di sepanjang jalan kami menikmati pemandangan perkebunan sawit dan kopi. Jalan yang kami lewati pun sebagian sudah rusak. Beruntungnya, kedua teman saya memang ahli off-road. Ya, saya duduk tenang di belakang sambil terus berdoa. 

Setelah menempuh perjalanan hampir sekitar 30 menit (dari desa ke danau), akhirnya kami tiba juga di tempat yang dituju, danau  Susup. Kami memarkirkan kendaraan di bawah pohon yang agak tersembunyi. Tiba-tiba terdengar suara teriakan laki-laki (tampaknya suara seorang bapak) yang mengingatkan kami agar tidak mandi di danau. Konon katanya, danau Susup ini angker. Teman saya dan bapak tersebut bercakap-cakap dalam bahasa suku Rejang. Saya sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Satu-satunya yang dapat saya tangkap dari pembicaraan tersebut adalah bahwa bapak tersebut menanyakan dari mana kami berasal. Teman saya pun menjelaskan bahwa kami berasal dari desa Jambu dan hanya ingin foto-foto saja di danau. Kami memang tidak berencana untuk mandi. Akhirnya, bapak yang baik hati itu melanjutkan pekerjaanya. 
danau Susup memang cantik
Setelah bercakap-cakap dengan bapak tersebut, kami pun mulai menururin tebing untuk mendekati danau. Dari kejauhan, kami sudah melihat lukisan alam yang begitu indah. Danau yang begitu hijau. Sayangnya,  kami hanya menikmati keindahan danau Susup dari atas saja mengikuti saran bapak yang kami jumpai di atas. Padahal sepertinya pemandangan danau dari bawah jauh lebih bagus. Tetapi demi keamanan kami berfoto-foto dari atas saja. 

Menurut cerita teman saya, danau Susup ini terbentuk karena adanya penggalian batu bara yang dilakukan sebuah PT swasta. Setelah kandungan batu bara habis, PT tersebut meninggalkan tempat ini sehingga terbentuklah genangan air yang sangat cantik ini. Karena genangan cantik ini terletak di desa Susup makan dinamailah danau Susup. Menurut KBBI, danau adalah genangan air yang sangat luas dan dikelilingi oleh daratan. Ya, cocok penamaannya dengan danau ini. Kalo genangannya gak luas berarti bukan danau, bisa jadi cuma genangan air hujan di jalan berlubang #eh. 

Mungkin hanya sekitar 20 menit kami berada di danau. Setelah itu, kami pulang. Di sini memang sangat sepi, sunyi, dan agak horor menurut saya. Jika diingat sekarang, alangkah beraninya kami waktu itu. Hanya bertiga dan perempuan semua. 

Tips aman dan nyaman berwisata ke danau Susup:
  • Pastikan kamu dalam keadaan yang fit. Jika kamu sedang sakit tidak perlu memaksakan diri berkunjung ke sini ya.
  • Pastikan kendaraan yang dipakai dalam kondisi baik mengingat jalan yang dilalui tidak terlalu bagus. Jangan sampai kendaraan kamu macet di perjalanan karena gak ada bengkel di sepanjang perjalanan. 
  • Pergilah beramai-ramai dengan teman-teman kamu. Danau ini berlokasi di tempat yang sangat sepi. Tidak ada rumah penduduk di dekat sana. Wajib mengajak teman yang notabene-nya warga lokal agar bisa menjadi guide kalian.
  • Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup sebelum berangkat. Ya, mengingat letak danau ini cukup jauh dari keramaian sehingga sulit untuk mencari makanan di dekat danau. 
  • Bawalah lotion anti nyamuk atau tembakau agar tidak digigit pacat. 
  • Pake kaos kaki wajib banget ya supaya kaki terlindungi dari hewan pacat. 
  • Gunakanlah pakaian yang nyaman dan bisa membuat kamu bebas bergerak. 

Itulah sedikit cerita tentang danau Susup. Sampai jumpa lagi di cerita yang lain ya! Kapan-kapan kamu datang ke sini ya....




Sabtu, 20 Januari 2018




Sebetulnya saya datang ke sini tahun lalu, tetapi memang saya belum pernah menuliskan pengalaman saat berwisata di sini. Ya, pada prinsipnya saya percaya bahwa “yang terucap akan mati, yang tertulis akan abadi”. Oleh karena itu, saya hobi menuliskan pengalaman saat berpergian atau mendatangi suatu tempat. Ya, walaupun sudah “dingin", saya tetap menulisnya agar suatu hari saya dapat bernostalgia dengan tempat ini melalui tulisan.


Jujur saja, saat ini, saya masih memiliki beberapa PR tulisan tentang traveling. Kenapa belum saya tulis ya. Apa alasannya ya. Saya juga bingung menjawabnya. Yang jelas kalau kata orang Bengkulu beguyur alias dicicil alias alon-alon sing penting kelakon. Ya, santai saja yang penting dikerjakan. Oke deh... semangat ya!!

Kangen Juga Ya Sama Mereka
Kebetulan saya memang suka melalar. Biasanya, saya juga dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki hobi sama. Oh iya, dalam bahasa Bengkulu melalar artinya adalah jalan-jalan atau bahasa kerennya traveling.

Kegiatan traveling atau melalar atau jalan-jalan memang sudah menjadi gaya hidup untuk sebagian orang. Ditambah lagi, perkembangan dunia digital yang semakin pesat maka semakin banyak pulalah tempat-tempat wisata yang terekpos dengan baik sehingga people zaman now berama-ramai untuk mengunjungi suau tempat, terutama tempat yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Kalau belum ke sana belum hits dong!


Sebetulnya Tulisannya I LOVE YOU
Apa pun itu, untuk saya pribadi jalan-jalan adalah alat untuk menikmati kebersamaan dengan orang-orang terdekat. Ya, jika budget-nya lagi low, maka saya pun terkadang memutuskan #solotrip. #solotrip biasanya saya lakukan di tempat-tempat yang aman. Saya tidak pernah terpikir untuk melakukan #solotrip ke hutan atau ke gunung.  Memang sebaiknya hal itu tidak dilakukan. Resikonya terlalu besar menurut saya pribadi.


Oke kembali ke laptop. Kali ini saya dan teman-teman mengunjungi salah satu taman yang ada di kota Bengkulu. Sebetulnya letak taman ini sudah agak di pinggiran kota, tepatnya di Jalan raya Sungai Hitam, perbatasan antara kota Bengkulu dan kabupaten Bengkulu Utara. Taman Wisata family letaknya tidak terlalu jauh dari Universitas Bengkulu. Maka, tidak heran jika siang hari banyak juga mahasiswa yang beristirahat di sini sambil menikmati keindahan hutan bakau. Duh... kok jadi kangen kampus ya T_T

Tiket masuk ke area taman adalah Rp15.000,00. Pengunjung juga diberikan 1 botol teh kemasan secara gratis. Nah, untuk masuk ke area hutan bakau pengunjung dikenakan lagi tarif Rp5.000,00. Di pintu masuk ini bakau ini ada ayuk-ayuk (mbak-mbak) cantik yang menjual sekaligus menyewakan topi untuk sekedar gaya-gayaan... hehehe. Ayuk-ayuk ini juga merangkap sebagai fotografer jika ada pengunjung yang minta tolong difotokan. Termasuk  rombongan kami. 

Sesuai dengan namanya, yaitu Taman Wisata Family, maka tempat ini memang cocok untuk dikunjungi bersama keluarga. Terdapat arena bermain anak dan penyewaan permainan anak. Tetapi untuk yang masih single, jomblo, munfarid, independent, atau apalah ya istilahnya gak ada salah juga berwisata di sini. Ada juga kok kursi yang didesain satu-satu. Cocok banget untuk menikmati kesendirian. Tapi kok jadi sedih ya T_T
Berbeda dengan kebanyakan tempat wisata, di Taman Wisata Family ini pengunjung diperbolehkan membawa makanan atau minuman dari luar. Karena memang di dalam tidak terlalu banyak penjual makanan. Sepertinya tempat ini memang didesain untuk berwisata alam bukan wisata kuliner. Bahkan, banyak juga orangtua mengajak anak mereka ala-ala piknik di sini. Mereka membawa tikar dan makanan dari rumah.


Seperti biasa jika tiba di tempat wisata tujuan utamanya adalah foto-foto. Tujuan kedua mengunduh foto di media sosial. Tujuan terakhir barulah menikmati wisatanya. Ya, namanya juga people zaman now

Oh iya, beberapa waktu yang lalu saya melewati tempat wisata ini. Di sana terlihat sepi. Mungkin sedang libur, mungkin memang sedang sepi, atau mungkin juga sudah ditutup. Saya juga tidak dapat memastikan. Mengingat letaknya sudah agak pinggiran kota, ya mungkin saja orang-orang mulai enggan ke sana. Apa lagi tempat-tempat wisata baru bermunculan di tengah kota. Bisa jadi jarak juga menjadi pertimbangan masyarakat saat berwisata. Lagi pula biasanya tempat-tempat wisata yang baru dibuka akan ramai di awal saja, lama-kelamaan akan sepi. Ya memang tempat wisata adalah bisnis yang mengharuskan owner-nya kreatif dan inovatif menghadirkan hal-hal baru yang disukai pengunjung. Jika tidak, maka lama kelamaan tempat wisata yang dikelola akan tutup karena masyarakat cenderung cepat merasa bosan.



Oke, saya menulis ini bukan untuk meng-update tempat wisata ini. Jujur saja, Taman Wisata Family sudah kurang hits lagi. Saya mengulas  tempat ini hanya untuk mengingatkan kenangan saya saat berwisata ke sini bersama orang-orang yang pernah memberi warna dalam hidup saya. Kok jadi sedih lagi ya T_T

Sekian. Sampai jumpa lagi ya! 

Selasa, 16 Januari 2018


Kampung Pecinan atau Kampung Cina adalah salah satu  perkampungan  tua yang terdapat di kota Bengkulu. Letak Kampung Cina sangatlah strategis, yaitu tak jauh dari kawasan Pantai Panjang dan berbatasan langsung dengan benteng Marlborough. Di dekat Kampung Cina terdapat pasar Barukoto. Pasar Barukoto adalah salah satu pasar tradisional di Bengkulu. 

  Oke, kembali ke topik. Siapa yang tidak tahu Kampung Cina. Masyarakat Bengkulu pasti sudah hafal dengan tempat ini. Namun, Kampung Cina zaman now tidaklah seperti Kampung Cina zaman old. Mari kita lihat!


Didorong rasa penasaran, akhirnya saya tiba juga di Pecinan dengan wajah barunya. Wah, ternyata tempatnya memang sudah bagus ya sekarang.


   Dulu, ingat ya, DULU, jika kita melewati daerah Pecinan ini yang tampak adalah bangunan-bangunan tua yang lusuh, sepi, dan (terkesan) suram. Seolah-olah tak ada kehidupan di sana. Sekarang pemandangannya sudah begitu berbeda. Ya, jika kita melewati Kampung Cina saat prime time alias sore hari atau week end, maka bersiaplah merasakan sedikit kemacetan di daerah sini. Iya, warga Bengkulu, terutama anak muda hobi memadati area ini. Mereka asyik berfoto-foto sambil menikmati suasana Pecinan yang khas. Maka tak heran, jika akhir-akhir ini, foto-foto Kampung Pecinan ini wara-wiri di sosial media. Tempat ini jadi nge-hits.

Memang akhir-akhir ini banyak tempat dipercantik di kota Bengkulu. Ya, salah satu tujuannya adalah untuk menarik wisatawan berkunjung ke Bengkulu dalam menyongsong #wonderfulbengkulu2020. Baca juga Nyantai di Taman Pantai Berkas Yuk!  Salah satu tempat yang kebagian dipercantik juga adalah Kampung Cina ini. Bagaimana tidak perkampungan ini menjadi saksi sejarah adanya masa penjajahan bangsa Inggris di Bengkulu. 

Menurut sejarah, bangsa Inggris-lah yang mengizinkan bangsa Tionghoa masuk ke Bengkulu. Sejak itulah bangsa Tionghoa mendiami perkampungan yang terletak tak jauh dari pesisir Pantai Panjang ini. Karena mayoritas penduduknya adalah bangsa Tionghoa/keturunan Tionghoa maka disebutlah tempat ini dengan nama Kampung Cina. Menurut KBBI kampung adalah desa atau dusun, maka Kampung Cina artinya adalah desa/dusun orang-orang dari Cina.


Fasilitas baru di Kampung Cina:

Kursi
Terdapat kursi-kursi cantik yang diletakan tak berjauhan. Kursi-kursi ini mejadi tempat favourite saat bersantai. Di Pecinan juga terdapat beraneka macam kuliner. Jadi, pengunjung dapat duduk santai sambil menikmati waktu sore dan menyantap kuliner yang dijajakan pedagang. Asyik ya...   



Lampu
      Dulu, Pecinan ini adalah salah satu wilayah yang saya hindari saat berpergian pada malam hari. Saya selalu mencari alternatif jalan lain. Ya, daerah ini cukup gelap. Hanya ada penerangan seadanya dari rumah warga. Keadaan yang gelap ini membuat kuduk merinding juga kalau lewat... hehehe. Tetapi, sekarang keadaan sudah berubah toral. Justru, malam hari adalah waktu terbaik untuk berwisata di sini. Ya, lampu-lampu cantik ini dinyalakan sehingga menjadikan suasana Kampung Cina semakin hidup. Mudah-mudahan warga sekitar tetap merasa nyaman ya dengan perubahan-perubahan ini.


Trotoar
     Awalnya trotoar di sini sudah rusak. Sebagain jalan di sini pun dulu sempat bergelombang alias kurang bagus. Namun, sekarang trotoar daerah Pecinan sudah dibuat sangat lebar. Bahkan, lebarnya lebih dari 2 meter. Dengan trotoar yang lebar ini pengunjung dapat leluasa berjalan dan berfoto. Seru ya!


Trotoar
Nah, itulah sekilas tentang wajah baru Kampung Pecinan Bengkulu. Jika Anda berkunjung ke Bengkulu jangan lupa mampir di sini ya! Ini salah satu tempat wisata sejarah yang dapat direkomendasikan.

Vihara Budhayana
Note: Sekarang tempat ini lagi nge-hits, alhasil hampir setiap hari ramai pengunjung. Untuk mendapatkan gambar yang sepi seperti ini saya berjuang keras... hehehe
Dua orang wisatawan asing sedang berwisata di sini berbarengan dengan kami... hehe. Sayang, saya tidak sempat mengabadikan mereka dengan baik, tapi lumayan juga ya saya dapat mengabadikan punggung mereka ^^

Kamis, 11 Januari 2018

Candi Borobudur adalah adalah situs sejarah kebanggan Indonesia yang pernah dinobatkan sebagai 7 keajaiban dunia bersanding dengan Taj Mahal, (India), Tembok Besar Cina/Great Wall (Cina), dan lain-lain. 
Candi Borobudur sebetulnya terletak di kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah (Central Java). Namun, banyak yang mengira bahwa Candi Borobudur terletak di provinsi D.I Yokyakarta. Padahal, kota Magelang bukanlah wilayah provinsi D.I Yokyakarta, tetapi masuk ke dalam provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Magelang memang berbatasan langsung dengan provinsi Yokyakarta. Jarak antara Yokyakarta dan Magelang hanya satu jam perjalanan saja. Atau menghabiskan Rp15.000,00 naik bis.
 Di sekitar canbo (orang-orang sering juga menyingkat nama Candi Borobudur dengan singkatan canbo) aneka oleh-oleh memang rata-rata bertuliskan JOGJA. Hal ini (bisa jadi) yang membuat orang-orang berpikir bahwa canbo terletak di Yokyakarta. Sebaiknya kaos oleh-oleh yang dijual di area canbo bertuliskan Magelang.
Dari dulu, saya memang ingin sekali mengunjungi candi yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga ini. Menurut pelajaran sejarah yang saya ingat saat SMA, Candi Borobudur didirikan pada masa kekuasaan kerajaan Mataram Kuno. Nama Borobudur sendiri merupakan gabungan antara kata “bara” dan “budur”. “Bara” artinya adalah “kompleks” sedangkan “budur” artinya adalah “atas”. Ya, letak canbo memang lumayan tinggi. Saya cukup ngos-ngosan menaiki tangga menuju puncak (hehe). Jadi, "Borobudur" artinya adalah kompleks candi yang terletak di ketinggian (atas). Kompleks candi ini digunakan sebagai tempat beribadah rutin (zaman old), kalau zaman now, tempat ini lebih dijadikan sebagai destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat traveling ke pulau Jawa. Walalupun, pada hari raya Waisak, umat Budha pun biasanya melakukan ziarah keagamaan di canbo. Sebagai orang Sumatera, tentu saja saat exicited saat berkunjung ke sini. Iya dong, selama ini saya hanya dapat melihat canbo dari buku-buku atau televisi saja. Sekarang, saya dapat menginjakkan kaki di situs sejarah megah ini. Wow! Akhirnya saya tiba juga ya di candi yang memiliki 504 arca Budha (aslinya). Ya, walaupun sekarang jumlahnya tidak sebanyak itu lagi. Berapa ya tepatnya. Hmm.. saya tidak menghitung saat di sana.. hehe
Tahun 2012, saya prnah ke Jogja, saat itu saya akan pikir rombongan akan mampir di canbo. Tetapi, ternyata tidak. Rombongan kami hanya mengunjungi Candi Prambanan. Agak kecewa sih, tapi terhibur juga karena Candi Prambanan tak kalah eloknya dari candi Borobudur. Lagi pula, Sendaratari Ramayana yang saya saksikan sangat keren.
Pada kesempatan #solotrrip kali ini, saya pun mewujudkan keinginan saya yang sempat tertunda, yaitu mengunjungi Candi Borobudur. Kebetulan, di Magelang saya memiliki seorang teman yang baik hati, cantik, sholehah, dan rajin menabung. Medya namanya. Ingat ya, Medya bukan Media. Saya pun memintanya menjadi tour guide selama beberapa hari di Magelang. Asyikk....
 Hari itu, Jumat, saya ingat betul dalam walaupun dalam kondisi pencernaan yang sedikit terganggu saya tetap semangat packing barang. Pindah lokasi lagi ya. Ya, sudah seminggu lebih saya di pulau Jawa dan beradaptasi dengan kulinernya yang manis-manis sama seperti Mbak-Mbak dan Mas-Mas-nya. Nah, dalam proses adaptasi ini, pencernaan saya sedikit terganggu. Ya, walaupun pada akhirnya saya ketagihan juga dengan gudeg. So delicious....
Pukul 10.00 pagi dengan sedikit tergesa-gesa akhirnya saya tiba juga di terminal bis Tirtonadi, Solo. Saya naik bis EKA CEPAT jurusan Surabaya-Magelang dengan ongkos Rp30.000,00. Saya merupakan penumpang terakhir. Bus sudah bergerak dikit demi sedikit saat saya tiba. Hanya ada dua kursi lagi yang kosong. Satu kursi di sebelah Mas-Mas, dan satu kursi lagi di sebelah Mbah Kakung. Akhirnya saya memilih duduk di samping Mbah Kakung yang ternyata turun di Jogja.
Setelah kurang lebih menempuh 3 jam perjalanan, bis EKA CEPAT yang saya tumpangi akhirnya tiba di terminal bis Tidar, kota Magelang.
Saya turun dari bis dan duduk di depan loket sambil memberi kabar kepada Medya bahwa saya sudah tiba di Magelang. Setelah menunggu sekitar 20 menit akhirnya yang dinanti pun datang. Setelah melepas rindu, kami akhirnya pergi ke rumah kos Medya yang terletak di daerah Armada Estate, A. Yani.
Kota Magelang menyenangkan. Ya, udaranya begitu sejuk. Baru beberapa jam saja saya sudah kerasan tinggal di sini. Kabupaten Magelang memang termasuk daerah pegunungan. Gunung-gunung besar seperti gunung Sindoro dan gunung Sumbing ada di sini. Kedua gunung ini favourite pendaki pastinya. Ya, tapi kedatangan saya ke sini bukan untuk mendaki gunung, tetapi saya ingin  mengobati rasa penasaran terhadap kemegahan Candi Borobudur.
Sore itu, kota Magelang diguyur hujan. Udara menjadi semakin dingin saja. Ba’da Magrib hujan agak reda. Medya mengajak saya ke alun-alun kota Magelang. Di sana kami mampir di angkiran favourite-nya dan menikmati nasi kucing, wedang jahe, dan aneka sate-satean. Kenyang sekali rasanya.

Sekitar pukul 10 malam kami kembali ke rumah kos dan beristirahat. Esok harinya kami bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke Candi Borobudur. This is it!
Pagi itu sekitar pukul 08.00 WIB kami menuju lokasi Candi Borobudur. Komplek Candi Borobudur terletak di kecamatan Borobudur. Medya menyarankan sebaiknya datang ke Candi Borobudur pagi hari supaya udara di atas  tidak terlalu panas.  
Jarak antara Armada Estate dan lokasi canbo saya perkirakan hampir sekitar 20 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.
Sesampainya di lokasi, kami memarkirkan kendaraan. Setelah itu, kami berjalan menuju area Candi. Di pintu masuk kami membeli tiket seharga Rp40.000,00. Lalu petugas memeriksa setiap tas pengunjung. Pengunjung yang kedapatan membawa makanan atau minuman dari luar harus menitipkan barangnya kepada petugas. Pengunjung tersebut lalu diberi nomor penitipan. Barang yang dititip boleh diambil di pintu keluar, saat akan pulang.
Setelah membeli tiket kami melewati pintu masuk. Dari kejauhan megahnya Candi Borobudur sudah terlihat. Finally, Borobudur Temple, I’m Coming!
Kami langsung disambut oleh para pedagang aneka oleh-oleh seperti gantungan kunci dan  patung-patung. Penjual kacamata, topi, dan minuman dingin juga tak mau ketinggalan menawarkan barang dagangannya. Nah, yang ramai diserbu pengunjung adalah tempat penyewaan payung. Karena di atas hampir tidak ada tempat berlindung maka sangat penting menggunakan payung agar tidak terlalu kepanasan. Biaya menyewa payung hanya Rp5000,00. Ya kalau mau bawa dari rumah juga boleh kok.
Sebelum masuk ke dalam candi kami duduk dulu di bawah pohon. Kami cukup kelelahan berjalan kaki dari tempat parkir kendaraan sampai bagian depan candi. Setelah beristirahat 15 menit kami mulai berjalan memasuki Candi Borobudur. Cukup ngos-ngosan juga rasanya menaiki tangga demi tangga untuk sampai di puncak. Namun rasa lelah itu terbayar ketika berhasil tiba di puncak. Candi Borobudur begitu megah dan mengandung nilai historis yang tinggi. Maka tak heran jika canbo pernah masuk dalam 7 keajaiban dunia.
 Sebagian bangunan candi sudah tidak asli lagi alias sudah dipugar. Ya, erupsi gunung Merapi membuat candi ini sempat tertutup debu vulkanik sehingga menyebabkan beberapa bagian candi menjadi rusak. Pemugaran dilakukan untuk mempertahankan keindahannya.
Setelah sampai di puncak saya langsung take in action. Tak lupa petugas mengingatlan para pengunjung untuk tidak menyentuh atau menaiki candi-candi agar keindahan bangunan candi tetap terjaga. Jadi pengunjung yang cerdas ya...

Minggu, 07 Januari 2018

Ini merupakan kunjungan saya ke Yokyakarta untuk kedua kalinya. Pertama kali saya menginjakan kaki di kotapelajar ini yaitu pada tahun 2012. Sudah lama juga ya! Kunjungan saya ke Jogja kali ini masih dalam rangkaian #solotrip yang saya lakukan. Saya sudah membuat list tempat-tempat yang akan saya kunjungi, salah satunya adalah Jogja.
Setelah membuat rencana akan mampir di Jogja, saya pun mencari informasi seputar tempat-tempat wisata di Jogja. Ya, bicara soal tempat wisata, Jogja memang juara. Banyak destinasi wisata yang menarik. Salah satunya adalah Taman Sari. Sebelumnya saya tidak mengetahui ada situs sejarah sekeren ini di Jogja.
Setelah puas berkeliling kota Solo, akhirnya saya memutuskan untuk berpindah ke Jogja. Saya mengunjungi beberapa tempat wisata. Namun yang akan saya bahasi di sini adalah tentang kunjungan saya ke Taman sari. 


Pukul 07.00 pagi saya sudah berada di Stasiun Balapan, Solo. Sehari sebelumnya saya sudah memesan tiket kereta api. Saya khawatir akan memakan waktu yang lama atau bahkan tidak kebagian tiket jika saya membeli tiket go show. Membeli tiket lebih awal adalah pilihan terbaik.
Pukulu 07.20 kereta api datang. Prameks (Prabanan Ekspres) mengantar saya meninggalkan Solo dan menuju Jogja. Jarak antara Solo-Jogja kurang lebih hanya satu jam perjalanan saja dengan ongkos kereta Rp8.000,00. Saya turun di stasiun Lempuyangan. 
Saya mencari informasi tambahan tentang akses menuju Taman Sari karena tidak masih bingung membaca google maps. Ternyata, Taman Sari, Museum Kereta Kencana, dan Keraton Yokyakarta berada dalam satu kawasan. Saya pun memutuskan untuk mampir di Keraton Ngayokyakarta Hadiningrat dan Museum Kereta Kencana sebelum berkunjung ke Taman Sari. 
     Pukul 09.00 pagi saya bergerak meninggalkan stasiun Lempuyangan. Dari stasiun Lempuyangan menuju keraton kita dapat menggunakan becak atau angkutan online. Saya memilih naik angkutan online karena lebih praktis.  Dari stasiun ke keraton ongkosnya Rp10.000,00. Untuk cerita kunjungan saya di Keraton Jogja dan Museum Kereta Kencana akan saya bahas di artikel lain ya... hehe

     Setelah mengunjungi Keraton Jogja dan Museum Kereta Kencana, saya langsung menuju Taman sari. Saya begitu excited dengan tempat wisata ini. Teman saya mengatakan bahwa dulunya Taman Sari ini adalah tempat pemandian para putri raja. Saya semakin penasaran dengan keindahannya. Secara kan ya, raja. 

Taman Sari terletak di daerah Patehan, masih dalam kawasan Keraton Yogyakarta. Oleh sebab itu, dari Keraton ke Taman Sari saya memutuskan untuk berjalan kaki saja karena jaraknya cukup dekat. Lagi pula di sepanjang jalan menuju Taman Sari banyak toko oleh-oleh khas Jogja. Sesekali saya mampir di salah satu toko untuk membeli beberapa oleh-oleh khas Jogja.
Setelah berjalan kaki kurang lebih 40 menit, akhirnya saya tiba di Taman Sari. Sebetulnya jika saya tidak mampir-mampir mungkin perjalanan dapat saya tempuhn selama 20 menit saja. Jarak antara Keraton dan Taman Sari haanya 500 meter. Jarak yang cukup dekat menurut saya.
      Setiba di kawasan Taman Sari hal pertama yang saya rasakan adalah kesejukan yang luar biasa. Ya, pohon-pohon besar yang rindang di dekat pintu masuk memberikan oksigen yang begitu segar. Ya, cukup lelah juga berjalan kaki sejauh 500 meter. Apalagi cuaca sedang terik-teriknya. Sebotol air mineral tandas seketika.

Sebelum masuk saya membeli tiket terlebih dahulu. Harga tiket masuk hanya Rp20.000,00 untuk wisatawan lokal dan lebih mahal biasanya untuk wisatawan asing. Taman Sari buka setiap hari dari jam 09.00 pagi 17.00. Saat itu saya berkunjung pada hari Kamis sekitar pukul 11.00 pagi. Taman Sari sudah ramai pengunjung. Apalagi kalo week end ya...
     Setelah membeli tiket saya langsung masuk ke area Taman Sari. Sata disambut oleh pintu gerbang yang begitu megah denga ukiran-ukiran khas Jawa. Di pintu masuk ini tiket pengunjung diperiksa oleh petugas.

Danau Buatan, Tempat Keluarga Raja Mandi
         Setelah puas berkeliling dan berfoto di area depan, saya pindah ke bagian dalam. Di sini terdapat kolam. Menurut cerita, dahulu kolam ini adalah danau buatan yang digunakan oleh keluarga sultan untuk mandi. Saya menyempatkan diri untuk berfoto.
Setelah puas berfoto di bagian dalam, saya mendengar pengunjung yang lain membicarakan tentang sebuah sumur. Saya pun penasaran sumur apakah gerangan itu. Melihat wisatawan lain berama-ramai menuju sumur tersebut, saya pun mengekor. 
Jalan Menuju Ruang Bawah Tanah
Sumur ini bernama sumur Gumuling. Sumur Gumuling ini terletak di ruang bawah tanah. Untuk menuju sumur Gumuling, saya harus keluar dari area bangunan Taman Sari. Lalu melewati perkampungan warga. Setelah itu saya bertemu tangga yang tidak terlalu tinggi. Anak tangga tersebut mengantar saya ke sebuah ruang gelap. Ya, saya tiba di lorong bawah tanah untuk menuju sumur Gumuling. Dengan perasaan sedikir merinding, akhirnya saya berhasil juga melewati lorong yang gelap dan tiba di sumur Gumuling. Wisatawan sudah ramai memadati area ini. 
Area Sumur Gumuling
           Walaupun lorong yang mengelilingi sumur ini gelap saya dapat melihat ternyata banyak jalan-jalan rahasia di sini. Saya tidak tahu pasti, jalan-jalan rahasia ini menuju kemana. Saya tidak berani untuk mencoba memasuki jalan rahasia tersebut. Ya, gelap. Saya takut nyasar... hehe
Jika kita melihat bangunan-bangunan pada masa penjajahan, memang rata-rata memiliki jalan-jalan rahasia. Jalan-jalan rahasia ini biasanya digunakan untuk menyelamatkan diri saat diserang musuh atau ada bahaya yang mengintai. Saya rasa, jalan-jalan rahasia yang ada di lorong ini fungsinya sama dengan bangunan masa penjajahan pada umumnya.
Jujur saja, saya tidak tahu kalo di Jogja terdapat situs sejarah yang bernama Taman Sari. Karena biasanya kalau ke Jogja yang dikunjungi adalah Malioboro dan Candi Prambanan. Sisanya ya menikmati kehidupan malamnya yang begitu bewarna.
Setelah membaca informasi di google saya tahu bahwa Taman Sari dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono ke I, yaitu pada tahun 1751-1765. Wow.. sudah lama sekali ya, tetapi bangunan ini masih tampak kokoh. Wah keren ya!
Area Sumur Gumuling
Taman Sari ini dulunya merupakan tempat beristarahat dan bersemedi. Selain itu di sini juga biasanya keluarga kerajaan menikmati hiburan, seoerti tari-tarian. Karena Taman Sari ini tempat sultan dan keluarganya beristirahat, maka tak heran jika situs sejarah ini terletak tidak jauh dari Keraton Yokyakarta dan Museum Kereta Kencana.
Dari Keraton Yokyakarta ke Taman Sari bisa menggunaka becak atau angkutan online dengan kisaran ongkos 8-10 ribu.
Setelah puas mengelilingi situs Taman sari dan area Sumur Gumuling saya memutuskan pulang. Pintu masuk dan pintu keluar didesain berbeda. Saat pulang pengunjung tidak akan melewati pintu masuk tadi, pengunjung akan melewati pintu keluar yang telah didesain agar melewati sebuah perkampungan, Kampung Cyber namanya. Sebuah perkampungan yang ‘melek’ teknologi. Pada tahun 2017 Mark Zuckerberg pernah berkunjug ke kampung ini. DI sepanjang jalan jalan Kampung Cyber kita akan melihat produksi kaos lukis. Selain itu, terdapat tempat makan jika pengunjung merasa lapar setelah mengelilingi situs Taman sari.

Jalan Keluar
Oh iya, jika berkunjung ke Taman Sari sebaiknya berfotolah sepuasnya di setiap spot yang ada. Jika kita sudah keluar dari spot tersebut, kita dilarang masuk kembali.



Senin, 01 Januari 2018



Aku, Krisna!
Hallo, perkenalkan, namaku Krisna. Umurku 4 tahun. Aku penyuka makananan manis lho. Ayo, yang mau ngasih aku coklat, permen, biskuit, yuk ke sini boleh banget...
Aku adalah anak satu-satunya. Ibuku membuka usaha loundry di rumah dengan 2 orang karyawan. Sedangkan ayahku seorang pegawai di perusahaan swasta. Dengan begitu otomatis keseharianku lebih banyak bersama ibu dibandingkan dengan ayah. Aku menikmati waktu bersama ayah saat week end saja. Kalau hari-hari biasa ayahku sibuk mencari nafkah untuk aku dan ibu. Ia pergi pagi dan pulangnya sudah sore. Wah, ayahku memang hebat ya.
Aku dan ibu selalu bersama hampir 24 jam. Kemana pun ibu pergi, aku selalu ikut. Oh iya, hari aku menemani ibu ke swalayan. Seperti biasa, setiap awal bulan ibu pergi berbelanja keperluan kebutuhan sehari-hari. Moment ini paling aku sukai. Ya, dengan begitu aku bisa membeli aneka coklat dan permen kesukaanku. Ya, walaupun kata ibu aku tidak boleh makan terlalu banyak coklat dan permen. “Kalau Krisna jajannya coklat dan permen terus, nanti giginya ompong lho,” kata ibu. Wah, gigiku sudah ompong nih karena aku tidak menghiraukan nasihat ibu. Tapi sudahlah, coklat dan permen memang selalu menggodaku. Bahkan, aku menangis saat tidak dibelikan coklat atau permen. Jadi, mau tidak mau ibu akhirnya membelikan juga. Aduh, maafkan aku ya ibu.
Halo, aku Krisna

Aku dan Boom Boom
Ini boom boom milikku. Boom boom ini dibelikan ibu setahun yang lalu. Saat itu kami sedang jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Dari kejauhan aku sudah melihat boom boom berwarna hitam. Tanpa menghiraukan ibu, aku langsung berlari masuk toko dimana boom boom dipajang.  Melihat aku sangat menginginkan boom boom ini, akhirnya ibu membelinya untukku. Wah, senangnya! Terima kasih ibu. Ini boom boom terbesar yang aku miliki.

Aku dan Mainanku
 Aku dan Mainanku
Ini adalah beberapa koleksi mainanku. Mainan ini sebagian dibelikan kakek-nenek sebagai hadiah ulang tahun. Ayah juga sering membawakan aku mainan sepulang dari luar kota.
Ya, aku selalu dibelikan mainan. Walaupun pada akhirnya mainan-mainan tersebut rusak dan hilang. Aku memang sering lupa membawa pulang barang-barang tersebut saat bermain bersama teman-teman di luar rumah. Jadilah, mainan-mainanku banyak yang hilang atau rusak karena dimainkan teman-temanku. Tetapi walaupun demikian, ibu tidak pernah memarahiku. Ibu menasihatiku agar menjaga mainan-mainan itu. Dan aku tetap dibelikan mainan. Wah, baiknya ibuku.
Aku dan Tempra
Aku dan Tempra Syrup
Aku tergolong anak yang super aktif. Siapa pun yang bermain denganku akan kelelahan. Aku suka melompat-lompat dan berlari. Akhir-akhir ini aku mulai belajar memanjat pohon. Hal ini membuat ibu sering khawatir.
 Aku sangat senang bermain. Walaupun cuaca kurang bagus aku tetap bermain. Terkadang ibu melarang, tetapi aku selalu membujuk ibu agar memberi izin untuk bermain.
Pernah suatu hari, aku demam akibat memaksakan diri bermain di luar rumah saat cuaca sedang kurang baik. Ya, akhirnya badanku panas, disertai batuk dan pilek juga. Tetapi, ibu tidak khawatir. Untuk meredakan panas, ibu memberiku Tempra Syrup. Tempra Syrup memang andalan ibu.   

kantong ajaib ibu

 Tempra Syrup dan Kantong Ajaib
Ini adalah kantong ajaib milik ibu. Saat berpergian keluar kota kantong ini tidak pernah ditinggalkan. Ya, kantong ajaib ini berisi aneka macam kebutuhanku. Ada Tempra Syrup juga pastinya. Tempra Syrup juga andalan ibu saat berpergian. Ya, untuk jaga-jaga saja.

Alasan Ibu Memberiku Tempra Syrup
Ø Aku masih berumur 4 tahun. Jadi, ibu memberiku Tempra Syrup. Tempra Syrup diperuntukan untuk anak berusia 1-6 tahun.
Ø Tempra Syrup menurunkan panas dan meredakan nyeri.
Ø Tempra Syrup mengandung parasetamol, yaitu zat penurun panas. Kandungan parasetamol dalam Tempra Syrup ini bekerja sebagai antipiretika pada pusat pengaturan suhu di otak dan analgetika dengan meningkatkan ambang rasa sakit
Ø Setiap 5 ml Tempra Syrup mengandung 160 mg parasetamol.
Ø Tempra Syrup ini aman di lambung, larut 100% sehingga tidak perlu dikocok, dan dosisnya tepat sehingga tidak akan menimbulkan kelebihan atau kekurangan dosis.
Ø Tempra Syrup tidak mengandung alkohol. Ibu memang menghindari obat-obatan yang mengandung alkohol.
Ø Tempra Syrup mengandung rasa buah anggur. Karena rasanya buah-buahan dan enak, ibu tidak perlu susah-susah membujukku untuk minum obat. Aku pun tidak takut minum obat.


Dosis Tempra 
Di bawah 2 tahun, berikan sesuai petunjuk dokter atau gunakan Tempra Drops
2-3 tahun, berikan sebanyak 5 ml
4-5 tahun, berikan sebanyak 7.5 ml
6-8 tahun, berikan sebanyak 10 ml atau gunakan Tempra Forte


Wah, ternyata banyak cara yang ibu lakukan untuk menunjukan cinta. Memberiku Tempra Syrup saat demam adalah salah satu cara ibu mengungkapkan cintanya padaku. Aduh, aku jadi terharu. Terima kasih ibu. You are my everything.


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Blogger Perempuan Network dan Tempra.