Rabu, 23 November 2022

Kosong dalam Senja 

 Oleh Junita Susanti


Kosong. Apa sesungguhnya kosong itu? Angka nol-kah? Ya...., Kosong identik dengan angka nol, akan tetapi kosong tak selalu mewakili angka nol, bergaris di pinggir namun bagian tengah bolong. Kosong ternyata memiliki berjuta makna. Tatapan kosong, pikiran kosong, pembicaraan kosong, hati kosong, perut kosong, rumah kosong, dan masih banyak kosong yang lain. Mungkin kosong seperti yang satu ini.

Ia berjalan dengan langkah yang gontai. Kakinya yang rata menapaki jalan yang tak rata. Kerikil berserakkan dimana-mana seolah-olah mewakili tulang-tulang yang juga tampak berserakan di tubuhnya yang seperti lidi itu.

Ya, jalan yang jelek memang membuat seringnya terjadi kecelakaan. Namun pria kosong itu tak peduli dengan jalan yang jelek itu. Ia meneruskan langkahnya menyusuri jalan gang yang kosong.

Tak lama kemudian, tibalah ia dipinggir jalan yang tak kosong, kendaraan hilir mudik di depannya. Kantongnya kosong, ia naik angkutan umum yang juga kosong.

Ya..., Jelas saja kosong, waktu masih menunjukkan pukul sebelas pagi. Manusia masih dalam aktivitasnya masing-masing. Ia akan menemukan angkutan umum yang tidak kosong jika ia berpergian pukul tujuh pagi atau pukul lima sore yang merupakan jam sibuk.

Angkot yang ia naiki mengurangi kecepatan melewati polisi tidur.  Tiba-tiba ia turun dengan tangan kosong. Sopir angkutan hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Sopir tersebut tak mendapatkan uang. Ia tertunduk lesu memandang kantongnya yang kosong. Ia pun melanjutkan perjalanannya mencari penumpang yang tak kosong untuk mengisi perutnya yang kosong.

Pria itu duduk di tepi jalan. Sorot matanya kosong menatap air selokan yang berharap kosong. Tentu saja selokan tak pernah kosong. Sampah berserakan menebarkan bau busuk. Pria itu tak menghiraukan bau tajam yang mampu merontokkan bulu hidungnya. Mungkin juga ia tak paham dengan jenis-jenis wewangian, karena ia merupakan jiwa yang kosong.

Pria itu entah siapa namanya. Tak jelas asal-usulnya, yang kuingat, aku mulai melihatnya sejak dua tahun lalu. Sebulan setelah badai besar yang terjadi di laut. Badai tersebut banyak memakan korban, korban jiwa maupun materi. Perahu bahkan kapal nelayan luluhlantak dibuatnya. Peristiwa ini sempat membuat harga ikan dan melambung di pasar.

***

Matahari begitu terik ketika aku pulang sekolah. Aku mempercepat langkah kaki  agar tidak terlalu lama disengat matahari.  Kudukku sedikit bergindik ketika melewati sebuah rumah besar  di dalam gang rumahku. Meskipun siangharu tetap saja aku merasakan suasana horor.

Rumah bewarna putih itu sudah la,a tak berpenghuni. Rumah itu tak terawat. Warna temboknya mulai pudar. Kusen  jendela dan pintu mulai berguguran dimakan rayap. Di dalam rumah rumput liar tumbuh dengan subur. Di bagian halaman depan rumah terdapat pohon mangga dan rambutan yang sudah tua. Setiap tahun mereka berbuah sangat lebat. Akan tetapi tak seorangpun berani memetik buahnya. Konon, siapapun yang berani memetik buah tersebut akan kerasukkan roh penghuni rumah terdahulu yang mati karena bunuh diri. Bahkan, konon beberapa warga pernah melihat hantu di sekitar rumah ini. Benar atau tidaknya cerita ini, wallahuálam.

Seorang pria menarik-narik rambutnya di teras rumah itu. Cahaya matanya yang redup tak sebanding dengan matahari yang kian bercahaya. Dilihat dari penampilannya, aku menduga pria itu berjiwa kosong.

***

Hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Aku merapikan tumpukkan surat kabar di teras. Ayahku memang selalu begitu, selalu lupa untuk merapikannya. Hal inilah yang kemudian menjadi bahan omelan ibuku.

Ketika sedang asyik membereskan lembar demi lembar surat kabar tersebut, mataku tertuju pada satu kolom kecil yang bertuliskan 'TABRAK LARI'. Aku terenyuh setelah membacanya. Pria kosong yang sering kulihat itu telah menjadi korban tabrak lari kemarin sore. Beritu tersebut diletakkan di pojok kecil surat kabar, membuat pembaca sulit menemukannya.

Ya Tuhan,,,, pria kosong itu telah pergi meninggalkan dunia yang tak kosong ini dengan jiwa yang kosong.

***

Senja telah tenggelam di ufuk barat. Dalam keremangan itu, seorag gadis kecil berjalan menyusuri Pantai Tapak Paderi. Tangan kurusnya memegang botol bekas yang telah ia potong. Botol bekas itu kosong. Wajahnya memerah. Peluh mengalir hingga ke lehernya. Kulitnya yang dulu berwarna kuning langsat kini menjadi legam terbakar matahari.

Gadis ini tiba di sebuah rumah kecil yang kosong. Gelap. Sang gadis meraih lilin di dekat jendela, lalu menghidupkannya. Ia pun terlentang di atas tikar tua. Matanya  langsung terpejam dan terbangun  kembali oleh lantunan azan yang menggema.

Ia tak menghiraukan panggilan sang pencipta itu. Ia melanjutkan tidurnya. Entah kapan terakhir sang gadis bertegur sapa dengan-Nya. Barangkali ia sudah lupa. Atau mungkihkah lima tahun yang lalu? Ketika ibu sang gadis dipanggil-Nya...

Matahari pagi mulai mengintip ke dalam rumah melalui celah-celah kecil. Deburan ombak Pantai Tapak Paderi terdengar jelas di telinga si gadis. Udara pagi menusuk kulitnya. Ia bangkit dan melangkahkan kaki menuju bibir pantai.

Kakinya yang hitam menginjak pasir yang putih. Tinjak  kakinya tersisah di atas pasir yang telah ia lalui. Ia tiba di bibir pantai. Menghadap ke laut biru. Angin berhembus menerpa tubuhnya. Suara angin dan ombak seolah berlomba menyapanya.

Pantai Tapak Paderi memang sudah sangat bersahabat dengannya.

Pantai Tapak Paderi merupakan salah satu bagian dari pantai yang membentang sepanjang tujuh kilometer di Kota Bengkulu. Ia terletak di antara Pantai Panjang dan Pantai Jakat. Pantai Tapak paderi, Pantai Panjang, merupakan simbol wisata Provinsi Bengkulu.

Pantai Panjang adalah pantai yang begitu indah dengan pasir putih dan laut biru yang memukau. Deretan pohon pinus dan pohon cemara di pinggir pantai begitu memesona. Pantai pangjang dapat dijadikan destinasi berlibur di akhir pekan. Suasananya tenang dan damai.

Lain halnya dengan dengan Pantai Panjang, nafas kehidupan begitu terasa di Pantai Tapak Paderi. Hiruk pikuk manusia terlihat di sini. Deretan perahu nelayan menjadi suatu pemandangan yang khas. Di samping itu, warga kampung nelayan ini juga menjajakkan aneka hasil laut, baik yang masih mentah maupun yang sdah di olah. Jika berkunjung ke Bengkulu tak lengkap rasanya jika belum menikmati keindahan alam pantainya.

Gadis kecil itu membiarkan air pantai menyentuh kakinya. Matanya memandang laut lepas. Wajahnya penuh harap. Ia berharap perahu nelayan datang. Ya, perahu ayahnya.

Jika dari kejauhan ia melihat perahu sang ayah, ia akan melambaikan tangan.  Ayahnya  akan melempar senyuman. Setelah ayahnya tiba di darat, ia membantu ayah membawa hasil laut yang berhasil ditangkap. Lalu, ikan-ikan itu akan dijual  ibunya di pasar ikan.

Sudah dua tahun sang gadis setiap pagi menuju pantai. Hujan badai ia tak peduli. Ia tetap menunggu ayahnya pulang dari melaut. Namun,  juga ayahnya tak kunjung datang. Sudah tahun ayahnya tak muncul di bibir pantai. Begitu pun hari ini. Ayahnya tak juga muncul. Ia pulang dengan hati yang kosong.

***

 Cik Saripah yang bertubuh gempal itu serupa pisang ambon dengan balutan daster kuningnya. Ia yang sedang asyik menjemur pakaian terhenti melihat si gadis lewat. Secepat kilat ia masuk ke rumahnya dan muncul kembali dengan membawa bungkusan.

 "Oii..., gadis dari mano kau?"

Sang gadis tak memberi respon. Cik Saripah mendekatinya. "Iko na, sarapanlah dulu."

Dengan tatapan kosong, mengambil bungkusan itu dari tangan Cik Saripah. Lalu pergi tanpa suara. Cik Saripah kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ia sudah terbiasa dengan sikap sang gadis. Sudah dua tahun ini ia memberi sang gadis makan meskipun sering ditolak.

 "Sayo sudah makan Cik."

 "Sayo masih kenyang Cik"

Kalimat-kalimat itulah yang kerap muncul dari mulut mungil sang gadis ketika Cik Saripah mengantarkan makanan ke rumahnya. Jika sang gadis tak terlihat ia akan khawatir. Bagaimana pun juga ia menyayangi sang gadis seperti anaknya sendiri. Ia kasihan terhadap sang gadis. Di usianya yang masih kecil ia sudah kehilangan ibu. Dan sekarang ayahnya entah dimana. Berulang kali ia mengajak sang gadis untuk tinggal di rumahnya. Tetapi tetap saja ditolak.

***

Ah...  Ayah, rupanya kau tak pulang hari ini. Apa air laut pasang? Atau kau tak berani pulang karena ikan sedang tak bersahabat denganmu? Tak apa Ayah, walaupun kau hanya membawa ikan slengek, aku sudah senang. Aku hanya ingin ayah pulang. Baik..., baiklah, hari ini aku cukup kecewa Ayah, tapi esok aku akan menggumu lagi.

Ayah, pulanglah. Aku rindu saat kita menikmati senja bersama. Kau bilang senja di Pantai Tapak Paderi adalah yang terelok. Ayah, kau berjanji padaku akan membelikan papan surfing. Kau bilang aku akan menjadi surfer terhebat di Bengkulu nantinya. Apa Ayah sudah lupa janji itu? Baiklah Ayah, aku akan mengingatkanmu kembali.

Waktu itu, kita tengah mennati senja datang. Sembari menunggu, kita melihat para surfer beraksi di Pantai Paderi. Aku sangat antusias. Aku bertepuk dan bersorak melihat para surfer itu berhasil meliuk-liuk dalam irama ombak. Aku pun meliuk-liuk menirukan

gaya mereka. Ayah tersenyum melihat tingkahku.

"Wai..., Yah, padek nian orang itu!" tunjukku kepada seorang surfer yang sukses kutiru liukannya.

"Orang itu rajin latihan. Itulah dio padek. Nah, cubo tengok di ujung tu, Dek, nang itu

lebih padek lagi!"

Mataku mengikuti arah jari telunjuk ayah. Dari kejauhan kulihat sang surfer berhasil mendapatkan ombak yang besar. Ketika ombak berjarak kurang lebih tiga meter darinya, ia membalikkan tubuhnya. Meliuk dalam balutan ombak. Aku tak henti bertepuk tangan.

"Yah, adek jugi endak jugo bisa cak itu!"

"Adek harus belajar dulu. Tunggu Ayah balik dari melaut, kelak ayah belikan papan surfing..."

"Yeee.....!" aku sangat girang.

Ayah, aku harap kau tak lupa janji itu.

Ah, senja..., kau datang lagi. Setiap sore kau selalu datang ke rumahku. Kau datang sendiri saja. Mengapa kau tak kau bawa ayahku? Ah, mungkin kau tak bisa membawa ayahku. Baiklah, aku yang akan menjemputnya. Kau tunggu saja.

Ah, senja..., aku benci padamu. Aku benci melihatmu. Kau selalu mengingatkanku pada ayah. Tapi, mengapa kau selalu memanggilku untuk menemuimu? Apa gunanya aku menemuimu jika ayah tak bersamamu? Tapi, tunggu dulu, mengapa wajah emasmu selalu merayuku? Dengan langkah malu-malu aku menemuimu.

Sang gadis berjalan menuju bibir pantai. Lalu ia duduk di atas bebatuan.

Senja telah kembali ke peraduannya. Malam mulai mengepakkan sayap. Orang-orang mulaiberanjak dari tempat duduknya meninggalkan Pantai paderi. Tapi tidak dengan sang gadis. Ia masih di sana walaupun senja telah menghilang dibalik laut yang beriak tenang.

 Berlahan tak ada lagi cahaya senja di laut. Laut menjadi gelap, yang terlihat hanya kerlap-kerlip lampu kapal nelayan dari kejauhan. Entah apa yang dipikirkan snag gadis, tiba-tiba ia menjatuhkan tubuhnya ke laut. Tubuhnya tenggelam seketika. Tak seorangpun yang melihat.

***

Pagi-pagi sekali Cik Saripah mendatangi rumah sang gadis untuk mengantarkan makanan. Namun, rumah itu kosong. Kecemasan mulai meyelimutinya. Kecemasa itu tiba-tiba berubah menjadi kesedihan ketika para nelayan membawa sesosok wajah yang dikenalnya. Tangisnya pun pecah.

Tanpa sang gadis ketahui. Di belahan kota Bengkulu lainnya, pria kosong telah lama meninggalkan dunia ini. Meninggalkan sang gadis, anaknya.

Kini, gubuk reot dibalik megahnya Benteng Marlborough itu benar-benar kosong. Dua senja telah merenggut dua manusia.

  

Catatan: Cerpen Kosong dalam Senja ini diambil dari antologi cerpen karya FLP Bengkulu yang berjudul Sebait Kisah dari  Bengkulu. Selamat mengerjakan tugas :)

Jumat, 29 Juli 2022


      Supaya dapat mengamati benda-benda di langit, dibutuhkan alat canggih yang disebut teleskop. Teleskop merupakan sebuah teropong besar yang digunakan di dalam astronomi. Ilmu astronomi mempelajari benda-benda di langit.  Banyak orang berpendapat bahwa dalam ilmu astronomi dibutuhkan teleskop yang mahal dan berteknologi tinggi untuk dapat mengamati benda- benda langit. Padahal, teleskop sederhana dapat dibuat dan pengamatan sederhana pun dapat dilakukan.

       Teleskop sering kali disebut teropong bintang atau teropong astronomi. Teropong jenis ini memiliki dua lensa cembung yakni lensa objektif dan lensa okuler. Jarak fokus lensa objektif lebih besar dari jarak fokus lensa okuler. 

      Dasar kerja teropong objek adalah benda yang diamati berada di tempat yang jauh tidak terhingga, berkas cahaya datang berupa sinar-sinar yang sejajar. Lensa objektif terletak di dekat objek. Lensa objektif merupakan lensa cembung yang mampu memperbesar bayangan dan bersifat nyata, diperkecil, dan terbalik. Sedangkan lensa okuler terletak di dekat observer dan bayangan yang dibentuk bersifat maya, terbalik, dan diperbesar. 

       Untuk membuat teleskop sederhana kita memerlukan bahan dan alat berikut ini. 

1. Lensa objektif LUP (kaca pembesar), lensa cembung praktikum (biasa dijual di toko alat laboratorium)  dengan diameter 5 cm.

2. Pipa PVC dan perlup (sambungan pipa) dengan panjang kira-kira 30 cm.

3. Perkakas seperti gergaji kecil dan lem perekat.

4. Lensa okuler (bisa menggunakan lensa binokuler atau lensa mikroskop) bisa juga dengan membeli       lensa di toko alat laboratorium dengan diameter 2,5 cm.

         Ada pun cara pembuatan teleskop adalah sebagai berikut.

1. Tentukan panjang badan teleskop dahulu dengan rumus fisika yang sudah kita ketahui yaitu f (ob) + f (ok) = L.

2. Potonglah pipa PVC yang panjangnya sudah diketahui.

3. Letakkan lensa objektif ke dalam sambungan pipa, lalu sambungkan sambungan pipa yang sudah berisi lensa tadi di ujung paling depan pipa PVC yang sudah diukur. Ingat, lensa objektif selalu terletak di depan lensa okuler, pasangkan perlup di ujung paling belakang pipa. 

4. Pasangkan perlup di ujung paling belakang pipa.

5. Letakan lensa okuler di perlupnya.

       Setelah melalui langkah -langkah di atas, sekarang teleskop sederhana sudah dapat digunakan untuk mengamati benda-benda langit, seperti kawah bulan atau planet-planet terdekat. Teleskop sederhana dan murah ini dapat kamu gunakan untuk mengamat benda-benda yang jaraknya cukup jauh.

        Untuk mengamati benda-benda langit yang jaraknya jauh ternyata tidak selalu harus menggunakan alat yang canggih dan mahal. Kamu cukup menggunakan benda-benda yamg mudah didapatkan. Sebelum melakukan pengamatan, ada baiknya kamu melihat waktu terbit dan tenggelam serta arah objek yang akan diamati. 


Sumber: Modul Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs Kurikulum 13 dengan sedikit perubahan.