Rabu, 28 Oktober 2015



                                              Wisata Adrenalin Bukit Kaba
Dedaunan masih basah oleh embun ketika rombongan kami tiba di kaki Bukit Kaba. Berlahan matahari mulai menanjak seiring langkah kaki kami. Cahayanya menyeruak lewat celah-celah daun pepohonan yang tumbuh subur di kaki bukit tertinggi di provinsi Bengkulu ini.
Bukit Kaba merupakan salah satu icon dari sekian banyak icon dari provinsi Bengkulu. Bukit yang berstatus aktif dengan ketinggian 1.945 mdpl ini terletak di Kabupaten Curup, sekitar 90 KM dari pusat kota atau sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil dan 2,5 jam menggunakan motor.
Untuk mencapai puncak bukit ini tidaklah terlalu sulit. Kita dapat memulai perjalanan dari Bandara Fatmawati yang terletak di pinggir kota Bengkulu. Dari bandara kita langsung saja menuju pusat kota. Jarak tempuh dari bandara menuju pusat kota hanya 10-15 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi atau ANGKOT—Angkutan Kota dengan biaya Rp3.000,00 per orang. Setelah tiba di pusat kota, perjalanan menuju megahnya Bukit Kaba baru akan dimulai. Kita dapat menggunakan kendaraan pribadi dengan persediaan bensin kurang lebih 4 liter—normal atau disesuaikan dengan kebutuhan kendaraan yang kita gunakan. Selain itu kita juga menggunakan angkutan umum dengan biaya Rp30.000,00-Rp50.000,00 per orang. Selama dalam perjalanan kita akan melewati Kabupaten Bengkulu Tengah, Pegunungan Liku 9 dan Kabupaten Kepahyang.



Kabupaten Kepahyang adalah wilayah terdekat dari Kabupaten Curup. Jika sudah tiba di kabupaten Kepahyang itu artinya kita hanya butuh  kurang lebih 1 jam perjalanan lagi untuk tiba di Kabupaten Curup, lokasi di mana Bukit Kaba berada. Setelah tiba di Kabupaten Curup kita akan langsung menuju lokasi pendakian dengan melewati beberapa desa.  Desa pertama yang akan kita jumpai adalah Desa Simpang Bukit Kaba. Desa Simpang Bukit Kaba ini berada di bawah kaki Bukit Kaba dan dapat dikatakan sebagai pintu masuknya. Di desa ini terdapat pasar tradisional yang beraktifitas hanya seminggu sekali, yaitu hari kamis dan masyarakat sering menyebut pasar ini dengan sebutan pekan. Pekan ini menjajakan aneka kuliner, sembako, bahkan pakain jadi. Biasanya para pendaki menjadikan pekan ini sebagai tempat membeli perbekalan, dan kuliner yang paling diminati pendaki biasanya adalah gunjing. Kue setengah lingkaran yang terbuat dari campuran tepung beras ketan dan kelapa ini sangat cocok dijadikan kudapan di atas bukit. Harganya pun ekonomis, hanya Rp5.00,00 per potong.



Setelah melewati pekan di Desa Simpang Tiga Bukit Kaba kita akan memasuki Desa Sumber Urip. Sebuah desa yang terletak persis di kaki Bukit Kaba. Jalanan di desa ini cukup menanjak sehingga kita perlu lebih memacu gas kendaraan. Dibutuhkan waktu  sekitar 20 menit untuk mencapai pos keamanan Pok Darwis dari desa ini.
Pok Darwis merupakan singkatan dari ‘Kelompok Sadar Wisata’. Pok darwis merupakan pos keamanan pendakian sekaligus tempat penitipan kendaraan bagi yang meggunakan kendaraan pribadi.  Di Pok Darwis kita dapat menitipkan kendaraan dengan biaya  Rp5.000,00 saja selama pendakian. Setelah menitipkan kendaraan yang harus kita lakukan selanjutnya adalah mencatatkan nama beserta data lainnya pada buku tamu. Hal ini dilakukan sebagai arsip pos keamanan, jikalau ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi maka pihak pos keamanan dapat membantu para pendaki dengan bantuan data-data yang kita tinggalkan pada buku tamu.  Setelah mencatatkan nama yang harus kita lakukan selanjutnya adalah mencatat nomor HP pos keamanan Pok Darwis serta meninggalkan nomor HP kita. Hal ini dilakukan agar kenyamanan dan keamanan selama pendakian berlangsung tetap terjaga.

Setelah menyelesaikan segala proses administrasi di pos kemanan Pok Darwis, kita langsung saja memulai pendakian menuju puncak Bukit Kaba. Dibutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan—pendaki profesional dan kurang lebih 4 jam—pendaki pemula untuk tiba di puncaknya jika kita tak banyak beristirahat, dan jangan khawatir untuk rute pendakian. Rute pendakian merupakan medan yang mudah dilalui karena rute ini telah dibuka, mengingat Bukit Kaba merupakan favourite pemuda-pemudi Pencinta Alam (PA) Bengkulu dan bahkan dari luar provinsi Bengkulu dalam menguji adrenalin.
Medan pendakian yang dilewati merupakan jalan setapak yang tak terlalu curam. Namun kita tetap harus waspada, karena terdapat beberapa terowongan yang tercipta dari akar-akar pepohonan atau pun pohon tumbang yang memaksa kita untuk tiarap ketika melewatinya. Dan yang paling harus diwaspadai adalah tawon tanah, karena di salah satu titik—kurang kebih 100 meter sebelum puncak bukit, rute pendakian  terdapat tawon tanah yang ganas. Akan tetapi  jika kita tak ingin melewati rute tawon tanah kita dapat menggunakan rute  bawah, di sana sudah dibuka rute baru oleh pendaki terdahulu untuk menghindari tawon tanah, rute bawah ini sedikit tersembunyi karena tertutup rerumputan yang cukup tinggi maka kita harus cermat untuk mendapatkannya. Dan apabila kita masih juga diserang tawon tanah maka yang harus ada di kotak P3K adalah parasetamol dan antibiotik, karena gigitan tawon ini dapat menyebabkan demam. Bila kita tak memiliki kedua obat tersebut maka kita dapat menggunakan tanah di sekitar untuk meminimalisir rasa sakit. Tanah tersebut dapat kita tempelkan pada bagian yang tersengat.


Kawah Mati
Jika sudah berada di lokasi tawon tanah, itu artinya kita takkan lama lagi akan mencapai puncak Bukit Kaba. Hanya diperlukan waktu sekitar 20 menit—pendaki profesional dan sekitar 40 menit—pendaki pemula untuk tiba di pos pertama. Di pos ini terdapat bangunan yang berukuran sekitar 2x3 meter dan terbuat dari beton. Bangunan ini biasanya dijadikan Base Camp para Pencinta Alam, dan di lokasi ini pulalah mereka biasa mendirikan tenda untuk bermalam.
Di pos pertama ini mata kita sudah dimanjakan oleh berbagai macam tumbuhan perdu, seperti mirten dan tri colour yang tumbuh tersebar di kawasan bukit. Tumbuhan kerdil ini merupakan tumbuhan khas daerah yang memiliki ketinggian 800 mdpl ke atas. Konon, dahulu di bukit ini terdapat tumbuhan edelweiss, namun seiring waktu berjalan tumbuhan edelweiss telah punah.
Dari pos pertama kita hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menuju kawah mati yang kedalamannya kurang lebih 20 meter. Kawah berwarna hijau ini sangat menarik untuk diabadikan. Jika ingin mengambil gambar di dekat kawah ini sebaiknya berhati-hati dan jangan terlalu dekat dengan bibir kawah karena kawah ini sangat curam


Kawah Hidup
Dari kawah mati kita hanya membutuhkan  waktu sekitar 20 menit untuk menuju kawah hidup. Sebelum menuju kawah hidup ada baiknya kita menyediakan penutup hidung karena aroma belerang yang terhirup akan mengganggu pernafasan kita dan bagi orang yang tidak terbiasa akan muntah. Suasana di kawah hidup ini sedikit bising oleh suara belerang yang mendidih sahut menyahut seolah sedang melakukan tanya jawab. Di samping itu asap-asap kawah yang mengepul mampu memberikan nuansa hangat dalam dinginnya bukit pada malam hari.
Jika kita hiking pukul 4 sore sebaiknya beranjaklah untuk turun bukit karena cuaca masih cerah dan kabut pun belum menyelimui area perbukitan. Karena jika kita turun bukit telah berkabut, jarak pandang kita akan terganggu sehingga memunculkan bahaya tersendiri. Setelah tiba di bawah bukit bermalamlah di penginapan yang terletak sedikit jauh dari Bukit Kaba dengan tarif Rp100.000,00 per malam. Lalu lanjutkanlah perjalanan pulang ke kota Bengkulu esok paginya. Tapi jika kita ingin lebih merasakan sensasi alam perbukitan sebaiknya kita bermalam di puncak bukit ini. Dirikanlah tenda di Base Camp yang biasanya digunakan para PA di pos pertama, karena lokasi ini dekat dengan sumber air bersih. Jika akan bermalam yang wajib dibawa dalam  carriel—tas gunung adalah tenda, misting—perlengkapan masak, serta penerangan seperti senter dan lampu. Dan jangan lupa untuk membawa jaket yang berbahan tebal dan di bagian luarnya berbahan parasut agar udara malam tak mampu menyentuh kulit kita, karena udara malam di puncak bukit ini menusuk tulang. Jika ingin membuat api unggun maka ketika masih di bawah puncak bukit sebaiknya bawalah beberapa kayu bakar dan keesokan harinya bersihkanlah sisa-sisa api unggun itu demi kelestarian bukit.

Waktu yang tepat untuk melakukan pendakian adalah bulan Februari hingga bulan Juli, karena dalam rentang bulan ini curah hujan hanya sedikit sehingga pendakian dapat menyenangkan. Dan sebaiknya lakukan pendakian di akhir pekan jika ingin bertemu dengan para pendaki lainnya.
Wisata alam Buki Kaba benar-benar menarik. Selain dapat menikmati segarnya udara perbukitan, wisata ini dapat juga mempertebal keimanan kita. Bebatuan yang menjulang mencakar langit menyadarkan kita akan keberadaan Sang Pencipta.