Sabtu, 14 Juli 2018

Pada tanggal 13-15 Juli 2018 akan berlangsung Festival Sastra Bengkulu. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini menghadirkan sastrawan tanah air dan manca negara. Acara yang dimulai pada pukul 19.00 hingga pukul 22.00 ini bertempat di pendopo rumah dinas gurbenur  provinsi Bengkulu.

Acara pembukaan ini terdiri dari jamuan para sastrawan, pengantar dari ketua panitia, sambutan dari gubernur Bengkulu sekaligus membuka acara FSB secara resmi, pentas seni tradisi, orasi singkat tentang kebudayaan serta pembacaan puisi oleh sastrawan-sastrawan hebat tanah air.

Berfoto Bersama Teman-Teman  FLP Wilayah Bengkulu
Acara pertama adalah rangkaian kegiatan pembukaan. Seperti biasa lazimnya kegiatan pembuka yaitu diisi oleh kata sambutan beserta ucapan selamat lainnya. Setelah acara pembukaan usai, para sastrawan dan tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati santap malam sembari dimanjakan dengan lagu-lagu santai yang menggema di setiap sudut ruangan.

Sastrawan dan Tamu Undangan Memenuhi Ruang Pendopo Rumah Dinas Gurbenur
Setelah santap malam kegiatan inti pun dimulai. Kegiatan inti ini adalah pembacaan puisi oleh sastrawan-sastrawan terbaik Indonesia. Salah satu sastrawan favorit sejak masa kuliah pun hadir. Ya, sang presiden puisi Indonesia. The one and only, Sutardji Calzoum Bachri.

Dalam kesempatan ini, Sang Presiden membacakan beberapa sajak. Sajak pembuka yang ia baca adalah Binatang Jalang karya Chairil Anwar. Lantunan sajak Binatang Jalang diselingi oleh tiupan harmonika. Hal ini semakin membuat penampilan ciamik Sang Presiden semakin ciamik. Luar biasa memang, di usia yang sudah menginjak 77 tahun SCB tetap enerjik saat berpuisi. Keren!!!


Setelah SCB pembacaan puisi oleh penyair kece dari kudus. Lalu, pembaca puisi ketiga  adalah Elkara, seorang sastrawan yang tetap produktif di usia 81 tahunnya. Elkara membacakan puisi bertema Bengkulu. Konon ia memang sengaja menciptakan puisi ini untuk menyambut pagelaran FSB 2018 ini. 

Pembaca puisi keempat adalah Mesa Porando. Seorang penyair wanita yang berasal dari NTT (Nusa Tenggara Timur. Mesa Porando membacakan puisi dalam lima bahasa karena menurutnya NTT begitu kaya akan bahasa sehingga ia membacakan puisi dengan lebih dari satu bahasa. Walaupun saya tidak begitu mengerti bahasa yang digunakan oleh Bu Mesa, tetapi saya berhasil menangkap bahwa sajak yang ia bacakan menceritakan kehidupan Soekarno dan Fatmawati saat menjalani pengasingan di Bengkulu. Suara Bu Mesa Porando sukses membuat saya merinding. Penampilannya sungguh menyihir. I really-really love it!!!

Sutardji Calzoum Bahri Berpuisi
Pembacaan puisi kelima disampaikan oleh sastrawan muda Bengkulu, Kak Denis Kurniawan. Dalam kesempatan ini beliau membacakan puisi ciptaan Kak Emong Soewandi. Puisi yang bertemakan kabuapten Kepahiang yang sejuk ini sangat cocok dibacakan dalam acara pembukaan, mengingat pada hari Minggu, 15 Juli 2018, para sastrawan akan membacakan puisi di Perkebunan Teh Kabawetan. Perkebunan Teh Kabawetan adalah salah satu objek wisata favorit di kabupaten Kepahiang. Keren!!!
Wefie Everywhere
Penutupan Festival Sastra Bengkulu 2018 dilaksanakan di Kabuapten Kepahyang yang dingin. Baca puisi di kebun teh. Wah pasti seru yah.....