Soe Hok Gie—Gie, dalam buku Catatan Seorang Demostran menuliskan, “Pertumbuhan jiwa yang sehat
dari pemuda harus pula berarti pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami
naik gunung.” Begitulah kira-kira sepenggal
kutipan yang berhasil saya ingat dengan baik. Saya kira, makna “gunung”
dalam kutipan tersebut tidak hanya bermakna gunung secara harfiah, tetapi semua
kegiatan yang berhubungan dengan alam bebas termasuk juga ke dalam makna
“gunung” tersebut.
Setiap quote
tersebut terlintas dalam pikiran, entahlah, secara alami idealisme muncul dalam
diri ini. Berhubung masih awal tahun, semangat masih membara. Tak ada salah melangkahkan
kaki ke alam untuk sedikit mengencangkan otot-otot kaki karena kata orang “mensana incopore sano,”. Ya di
dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Wisata
alam Batu Betiang adalah pilihan yang tepat untuk mewujudkan mensana incopore sano.
Saya ingat betul hari itu, Jumat malam saya sengaja tidur
lebih awal supaya bisa bangun pagi. Namun ekspetasi rupanya berbanding terbalik
dengan realita. Rintik hujan awal tahun membuat tidur saya begitu lelap. Yuhu,
kesiangan! Packing pun belum.
Wahh.... gawat!!! Lalu dengan kekuatan seribu bayangan saya pun mempersiapkan
segala kebutuhan untuk berjumpa dengan sang raksasa, Batu Betiang.
Jam 6 tepat kami dijadwalkan berkumpul di titik
pertemuan. Hujan masih mengguyur hingga pagi, perlahan namun tampaknya sulit
berhenti. Cuaca dingin begitu menusuk tulang. Tanpa menghiraukan cuaca, rombongan
kami tetap melakukan perjalanan, menembus jalanan kota yang masih lengang.
Batu Betiang adalah objek wisata yang terletak di kota
Curup, kabupaten Rejang Lebong, provinsi Bengkulu. Objek wisata ini terletak di
desa Merasi, kecamatan Bermani Ulu Raya. Untuk tiba di tempat ini kita
membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam untuk tiba di kota Curup menggunakan mobil
travel dengan ongkos sekitar
Rp50.000,00. Dari kota Curup kita membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk
tiba di desa Bermani Ulu Raya. Jika menggunakan motor, waktu yang digunakan
dapat lebih cepat dan menghabiskan kurang lebih 3-4 liter bensin.
Desa Merasi adalah desa paling ujung yang
berbatasan langsung dengan track
untuk menuju objek wisata Batu Betiang. Dari desa Merasi kita akan menempuh
perjalan kurang lebih selama tiga jam untuk tiba di objek wisata.
Track
yang akan kita lalui masih tanah, sehingga apabila sedang musim hujan kita
harus berhati-hati karena track akan menjadi
begitu licin. Track yang dilalui pun
terkadang menanjak, terkadang menurun, dan juga berlubang, sehingga menggunakan
sepatu atau sendal gunung adalah pilihan yang tepat saat tracking.
Jalur tracking
menuju Batu Betiang begitu menyenangkan. Selama perjalanan indera penglihatan
kita akan dimanjakan oleh hamparan sawah yang begitu indah. Setelah itu, mata
kita akan kembali dimanjakan oleh pemandangan perkebunan kopi yang begitu hijau.
Jika indera pendengaran kita sudah dimanjakan oleh suara air, artinya tak lama
lagi, atau kurang lebih 40 menit lagi kita akan tiba di objek wisata Batu
Betiang.
Objek wisata Batu Betiang adalah air terjun nan cantik
yang dikelilingi oleh hamparan batu-batu raksasa berbentuk persegi panjang
berwarna hitam yang menjulang ke atas. Konon, batu-batu raksasa ini adalah
peninggalan zaman megalitikum. Ukuran batu-batu yang mengelilingi air terjun
berbeda-beda sehingga kita dapat menaiki batu-batu tersebut untuk dapat menyentuh
air terjun paling atas. Namun, kita harus berhati-hati karena sebagian bebatuan
licin. Jika tidak berhati-hati, kita akan tergelincir ke dalam genangan air
terjun. Di dalam genangan air tersebut terdapat batu-batu besar yang membahayakan
apabila kita terjatuh dan membenturnya. Bebatuan besar ini juga dapat kita gunakan untuk menyeberang dari sisi kiri
menuju sisi kanan air terjun.
Hal terbaik yang dapat dilakukan di Batu Betiang adalah
berdiri di bawah air terjun. Pejamkan mata, lalu rasakan butiran-butiran air
menerpa wajah kita. Sebuah sensasi yang tak akan kita dapatkan dalam riuhnya
kota.
Kurang
lebih meghabiskan waktu sekitar 6 jam pulang-pergi dari desa Merasi ke lokasi
air terjun. Dan kurang lebih menghabiskan waktu 8 jam pulang pergi dari kota
Bengkulu ke kecamatan Bermani Ulu Raya (Curup). Jika dikalkulasikan kita
membutuhkan waktu kurang lebih 14 jam untuk mengunjungi Batu Betiang. Jadi,
sebelum melakukan perjalanan ada baiknya siapkan time management dengan baik. Selain itu, lakukan juga persiapan
fisik. Jangan lupa membawa obat-obatan dan perbekalan yang cukup agar
perjalanan anda aman dan nyaman. Akan lebih baik lagi jika membawa matras,
mengingat jalur tracking yang cukup
panjang, mungkin saja anda akan merasa lelah. Jika sudah lelah, sebaiknya beristirahat.
Jika sudah merasa cukup fresh
lanjutkanlah perjalanan. Saya pernah mendengar bahwa sejatinya tujuan perjalanan itu adalah pulang dengan
selamat. Ya, jika dalam perjalanan pulang anda sudah kelelahan bolehlah
singgah ke rumah warga desa Merasi. Waga desa Merasi begitu ramah dan hangat.
Sebuah potret Indonesia-ku tercinta.
Catatan: Apabila
data dalam tulisan saya kurang lengkap atau ada kekeliruan, mohon dimaafkan,
karena tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi bermodalkan indera
penglihatan dan pendengaran. Mohon maaf gambar yang saya tampilkan kurang
begitu jelas karena saat saya datang cuaca hujan sehingga kesulitan untuk mengambil
gambar yang lebih bagus.