Senin, 31 Juli 2023


Istano Basa Pagaruyung atau sering disebut Istana Pagaruyung (saja) adalah destinasi terakhir yang kami kunjungi hari itu. Tubuh rasanya sudah lumayan lelah juga. Maklumlah pagi-pagi sekali kami sudah meninggalkan hotel yang berada di Bukittinggi untuk melakukan perjalan wisata yang tempatnya berada di kabupaten lain yang jaraknya cukup jauh. 

Pintu Gerbang Istana Pagaruyung

Mumpung sedang berada di Bukittinggi kami pikir tidak ada salahnya menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa wisata di provinsi Sumatera Barat ini di tengah-tengah aktivitas kami yang cukup padat. 


Bagian Depan Istana Pagaruyung

Kurang lebih pukul tiga sore kami meninggalkan Lembah Harau  yang terletak di kabupaten 50 Kota lalu bertolak ke kabupaten Tanah Datar untuk mengunjungi Istano Basa Pagaruyung. Lantunan suara pengamen mengiringi perjalanan kami hingga lagu tersebut berakhir dan sang penyanyi  pun turun dari bus yang kami tumpangi. Meskipun lagu ia mainkan asing di telingaku namun tetap dapat kunikmati. 





Bagian Dalam Istana Pagaruyung

Begitu sampai di sana suasana begitu ramai. Di depan gerbang istana sudah berjubel banyak manusia. Pengunjung dan penjual makanan dan cindera mata sama ramainya. Ya, mungkin karena akhir pekan, memang bertepatan dengan momen orang-orang berwisata.

Hari itu tampaknya Istano Basa Pagaruyung dipadati wisatawan dari dalam maupun luar kota. Hal ini terlihat dari beberapa bus pariwisata yang terpakir di sekitar sana. Seperti bus milik rombongan kami tentunya.

Tangga yang Digunakan untuk Naik ke Lantai Atas Istana

Untuk mendapatkan foto yang instagramable sangat susah karena latar belakang manusia yang ramai. Namun, pemandangan itu tidak bertahan lama. Berlahan pengunjung satu persatu berlahan meninggalakan istana karena hari sudah sore. Berbanding terbalik dengan rombongan kami yang baru tiba menjelang sore hari. Setelah cukup sepi kami tetap dapat menciptakan foto yang instagramable. 



Melihat istana yang sudah agak sepi saya pun melanggkah kaki ke dalam. Meskipun sudah agak lelah saya masih semangat menaiki anak tangga satu persatu untuk tiba di tingkat ketiga. Sebagian teman memilih untuk hanya mengeksplor istana di tingkat satu dan dua karena kaki sudah tidak sanggup lagi menanjak.



Bagian Atap Istana Pagaruyung

Pengunjung tidak diperkenankan menggunakan alas kaki untuk masuk ke dalam istana. Mereka dapat meninggalkan sepatu atau sandal di depan pintu. 

Bertepatan di pintu masuk istana juga dijaga oleh dua orang petugas. Pengunjung dapat membeli tiket masuk di sini. Harga tiket (seingat saya) Rp15.000 atau Rp20.000 per orang.



Bagian Halaman Istana Pagaruyung

Dari kejauhan sudah tampak bangunan istana yang khas. Begitu masuk istana pengunjung akan disambut oleh tiang-tiang penyangga yang besar serta replika benda-benda bersejarah seperti aneka keris, aneka perabot, ukir sulaman benang emas dari abad 18, dan masih banyak lainnya.


Seperti umumnya bangunan di tanah Minang, atap istana berbentuk melengkung dan lancip atau dikenal dengan istilah gonjong. Atap ini terbuat dari ijuk. Konon, atap ijuk ini dapat menjaga kestabilan suhu di dalam ruangan. Suhu ruangan akan terasa hangat jika musim hujan sedangkan suhu ruangan akan terasa sejuk jika sedang panas. Selain itu, atap dari ijuk juga lebih awet dan kokoh. 


Bagian dinding istana terbuat dari kayu. Kayu-kayu tersebut penuh dengan ukiran. Sungguh cantik ya!

Bangunan istana sendiri terdiri dari tiga lantai. Untuk naik ke lantai dua dan tiga pengunjung dapat menggunakan tangga kayu. Semakin ke atas lebar ruangan semakin mengecil. 


Dinding Istana Pagaruyung

Di sini juga pengunjung dapat berfoto menggunakan pakaian adat minangkabau seperti pakaian pengantin. Harga sewanya (seingat saya) Rp35.000. Pengunjung juga dapat langsung mengabadikan momen dengan pakaian ini menggunakan jasa fotografer di sana yang dengan ramah menawarkan jasa cetak foto kilat. 




Semburat mentari telah jatuh di ufuk barat. Bus yang kami tumpangi berlahan meningalkan kabupaten Tanah Datar.